[ONESHOT] Bestfriend

6 Jul

Title: Bestfriend

Rating: NC17

Genre: angst, romance

Length: oneshot (3774 words)

Author: Nisrina/nisxiah/nis_milkysu/Jang Jiyeol

Casts:Jang Jiyeol,NamWoohyun (Infinite), Kim Kibum (ex-UKISS), OC

Kim Kibum melangkahkan kakinya. Semakin mendekat. Ia  membawa selembar surat berwarna biru muda yang sangat kukenali. Surat itu adalah bukti perasaanku pada dirinya.

Aku berdiri mematung memandangi  wajah putihnya. Melihat  tubuh jangkung, rambut hitam, dan senyuman di mata itu, hal yang paling kusukai darinya. Mata ini bahkan tak mampu berkedip. Perasaanku saat ini sangat sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Takut, panik, dan rasa harap bercampur didalam hati.


Setelah waktu yang berjalan begitu lambat, ia sampai tepat di depanku. Kibum menyodorkan surat biru itu. Dan akhirnya, kalimat yang paling aku takuti

meluncur dengan indah dari bibirnya. Jantungku serasa berhenti. Semua benda di depanku terlihat berputar-putar. Pohon di balik jendela  melambai lambai seolah sedang mengejek nasibku yang sial ini. Air mata ini tak dapat terbendung, aku meneteskannya dengan sukses. Tanpa sadar kuremas kertas biru itu sampai menjadi sangat kusut.

Nampak rasa bersalah dari raut wajah Kibum. Bagaimanapun aku tak dapat menyalahkannya. Ini soal perasaannya, dan ia harus jujur untuk itu. Rasa sukaku padanya hanyalah rasa suka sepihak. Mungkin aku memang tidak pantas untuknya. Dia tampan, populer , cerdas, dan kaya, sedangkan aku hanyalah seorang gadis biasa yang tak punya kelebihan apapun.

”Maafkan aku Jiyeol-sshi. Kita bisa berteman. Kenalkan namaku Kim Kibum. Senang bertemu denganmu,” ujarnya sambil menunjukkan wajah yang sangat aneh. Refleks aku tertawa melihatnya. Kenapa ia melakukan itu?

”Hahahahahaha aish untuk apa kau mengenalkan diri, aku sudah tahu semua tentangmu.”

”Tapi kita kan belum berkenalan,” jawabnya sambil tersenyum. Aigoo aku tak tahan melihat senyuman itu. ”Hei kenapa kau menyukai seorang yang sangat cantik sepertiku?”
”Mworago? Cantik?”

”Ya, lihat ini,” ia mengeluarkan sebuah pita pink yang cukup besar, memakai itu di kepala dan mulai menari menirukan koreografi salahsatu girlband.

”Hhahahahaha kau ini! Bagaimana bisa seorang pangeran sekolah sepertimu melakukan hal seperti itu?!” aku terus tertawa sampai perutku sakit.

Kibum membuatku melupakan semua kesedihan itu. Dia terlihat seperti pelawak profesional. Aku bahkan tak pernah tahu kepribadiannya yang seperti ini.

Justru hal itu yang membuatku semakin menyukainya. Semakin menyukai orang yang  sudah menolakku mentah mentah.

”Pangeran? Kau tak lihat? Aku ini seorang putri,” jawabnya sambil mengedipkan mata. Aigoo mungkin sekarang  aku jatuh cinta padanya!

”Kibum-sshi, kamsahamnida.”

”Untuk?”
”Sudah membuatku tenang sekarang. Tapi, ada satu hal yang entah membuatmu akan perpikir seperti apa tentangku.”

”Apa itu?”
”Hmm.. aku tak bisa memberitahumu sekarang, mungkin lain kali.”

”YA! Jiyeol-sshi! Kau membuatku penasaran! Ayo cepat katakan!”

“Tidak mau~”

”Aiish awas saja kau!”

”Sampai berjumpa lagi Princess Kibum^^”

***

Seperti biasa, Nam Woohyun, sahabat dekatku sudah menungguku di taman depan sekolah. Ya, ia seorang namja. Kebanyakan gadis di dunia ini memiliki sahabat yang seorang gadis juga, berbeda denganku, aku punya seorang Woohyun. Dia tempatku bercerita, menangis, dan tertawa. Ia menemaniku ketika berkunjung ke makan ayah. Woohyun sudah seperti kakakku sendiri meskipun kami seumur.

”Bagaimana Jiyeol-ah? Sukses?” tanyanya.

”Tidak. Dia menolakku. Aku tak kuat menahan air mata dan menangis di depannya. Tapi kau tahu apa yang terjadi? Ia menari dengan pita di kepala dan itu membuatku tertawa. Aku yakin dia melakukan itu untuk menghiburku. Kurasa aku semakin menyukainya, dan akan terus berusaha agar mendapatkan hatinya.” ujarku panjang lebar.

Entah kenapa Woohyun terlihat lega. Ia mengatakan,” sudahlah, semakin dalam rasa sukamu pada dirinya, semakin besar rasa sakit yang akan kau dapatkan. Ingat, kau sudah ditolak,”

”Hei, kenapa kau bicara seperti itu? Aku menyukainya, tak bolehkan aku berusaha sedikit lebih keras?

Woohyun bergumam tak jelas. ”Baiklah, aku akan mendukungmu seperti biasa.  Hwaiting! Kau pasti bisa~”

”Gomawo Woohyun-ah. Mau makan dulu? Bagaimana kalau kita ke mall? Aku mau membeli sesuatu~”

”Aiish aku malas menunggumu belanja lagi. Lebih baik  aku pulang dan tidur,”

”Ayolaah nanti aku traktir es krim ya?”

“Es krim? Aish kau menggunakan taktik ini. Baiklah, ayo pergi!”

Kkkk~ Woohyun memang sangat fanatik dengan es krim, ia tak pernah bisa menolak ketika aku bilang akan membelikanny es krim.

Tiga puluh menit kemudian kami sampai di pusat perbelanjaan yang tak jauh dari sekolah. Keadaannya jauh lebih sepi dibandingkan dengan saat akhir minggu. Cuma 2-3 orang yang berpapasan dengan kami.

Aku langsung menuju ke bagian jam tangan, Woohyun mengikutiku di belakang.

”Kira-kira bagus yang mana ya?” tanyaku pada Woohyun.

“Hmm, aku rasa yang ini. Coba lihat yang ini mbak,” ujarnya pada petugas stand itu.

”Coba pakai,” aku menyodorkan jam itu padanya. Ia menngaitkan jam itu di tangannya.
”Waaah bagus sekali XD” gumamku.

”Untuk siapa?  Tanya Woohyun.

”Untuk Kibum, sebentar lagi hari ulang tahunnya,” ujarku dengan wajah berbinar.

”Aish, kau bahkan hanya memberiku es krim ketika hari ulang tahunku.”

”Ya! Aku pilih es krim yang paling mahal! Lagipula aku beli banyak sekali, dan kau suka kan!”

”Tapi kau ikut memakannya kan!”

”Memang kenapa? Kan aku yang membelinya!”

”Dasar, niat tidak sih kau memberinya padaku,” gumamnya.

”Baiklah, aku ambil yang ini mbak,” ujarku.

Setelah membayar jam tangan, kami keluar dan mencari es krim untuk memenuhi janjiku. Kami didatangi oleh seorang SPG. ”Selamat sore, bulan ini toko kami sedang mengadakan diskon 70% khusus untuk pasangan, silahkan lihat dan berkunjung,”

”Ah… maaf kami bukan …..”

”Ayo kita masuk dulu,” Woohyun menarik tanganku dan masuk ke dalam toko itu. Kulihat ke sekeliling. Barang barang yang dijual disana semuanya barang couple. Mungkin karena sekarang bulan Februari, jadi masih dalam suasana valentine.

Woohyun meraih sebuah boneka monyet couple.

Ia menunjuk boneka monyet berpita, “ini mirip denganmu,” lalu menunjuk yang satu lagi, ”tapi ini tidak mirip denganku,” ujarnya sambil tersenyum jahil.

“Enak saja! Mungkin kau lebih mirip dengan itu!” balasku sambil menunjuk boneka babi.

”Hahahaha kau ini,”

”Hmm, kapan ya aku bisa pergi ke tempat semacam ini dengan pacarku,” gumamku sambil menelusuri toko.

Woohyun menatapku dengan tatapan aneh, lalu membuang muka. Aneh sekali.

”Wuaaah ini lucu sekali >w<” aku menemukan sepasang  kalung berbentuk bintang. ”Ayo beli yang ini!” ajakku.

”Tapi aku lebih suka yang ini,” Woohyun menunjukkan sepasang gantungan ponsel berbentuk beruang yang sedang berpelukan.

”Ahh itu juga bagus U.U Ayo beli dua duanya saja,”

“Baiklah,”

Woohyun membayari semua itu, padahal aku sudah mengeluarkan uang. Sahabatku itu memang baik.

Setelah membeli es krim, kami berjalan jalan di taman yang tak jauh dari rumah. Dengan semangat  aku menjilati es krim rasa coklat. Enak sekali,”

”Hei, lama lama kau bisa gendut kalau makananmu seperti itu semua,” ujarnya.

”Wah benar juga ya. Bagaimana dong,”

”Berikan saja padaku es krimnya kkkk~”

”Enak saja! Dasar maniak es krim,”

Ia mengeluarkan sepasang kalung bintang yang kami beli tadi. Dia menyuruhku berbalik, kemudian memakaikannya di leherku. ”Wah cantik sekali, pilihanmu tidak salah Jiyeol-ah,”

”Bagus kan XD Terima kasih ya.” Aku memandang matanya. Kalau tidak ada dia yang selalu menghiburku, mungkin aku sudah bunuh diri karena semua masalah yang menimpaku.

Semua itu berawal dari kepergian ayahku karena serangan jantung. Setelah itu ibu mulai sering menangis sendiri dan mabuk-mabukan. Kami hidup dengan sangat sulit, kami tidak punya banyak uang.

Disaat itu aku selalu bercerita pada Woohyun. Dia memberiku nasihat dan menghiburku. Ibuku sekarang bekerja di perusahaan milik ayah Woohyun, dan dari situlah aku dan ibu bisa hidup dengan layak.

Ya, aku sangat bersyukur pada Tuhan karena sudah memberikanku malaikat yang membuat semua beban ini jadi terasa ringan. Malaikat itu sedang menatapku sekarang.

”Hmm bisa bisanya orang itu menolakmu, padahal kau begitu manis,” gumamnya.

”A..apa maksudmu?”

”Lupakan saja. Hei sudah jam berapa ini? Ayo kita pulang, ada PR kimia besok!”

“Apa?! Aku lupa! Aduh bagaimana ini? Mau mengerjakannya bersama?”

”Baiklah, mau dimana? Di rumahku saja?”

“Oke, di rumahmu saja. Kita minta ajari kakakmu yang tampan itu XD”

“Ya! Aku bahkan jauh lebih tampan darinya!”

”Memang, tapi sayangnya kau bodoh!”

“Apa kau bilang?! Mau kulapori ibumu biar kau dimarahi?”

“Ahh jangan dong~ Ayo, sudah malam nih,”

Setelah itu kami langsung menuju rumahnya dan membuka pekerjaan rumah. Kami duduk berhadapan. Di dalam kamarnya ada sebuah meja kecil dan pendek yang biasa ia gunakan untuk belajar, di samping tempat tidur. Ada satu meja lagi yang tinggi, terlihat sangat berantakan dan penuh buku. Di sebelahnya ditempati oleh sebuah lemari berisikan banyak buku koleksinya; mulai dari ensiklopedia sampai komik.

Aku yakin 15 menit lagi pasti kami sudah menyerah. Aku dan Woohyun memang bukan termasuk murid yang cepat menangkap pelajaran. Apalagi kami jarang belajar di rumah kkkk~

”Jiyeol-ah. Aku bahkan tidak bisa mengerjakan nomor 1,”

”Aish, aku juga. Waktu Kahi seonsaengnim menerangkan, aku tidak mendengarkan sama sekali huhu. Tidak bisa manggil kakakmu?”

”Hyunbin hyung sedang kencan dengan pacarnya. Baru pulang jam 11 malam T.T”

”Aigoo malam sekali. Bagaimana ini, bisa bisa kita dihukum berlari keliling lapangan lagi,”

”Kita coba baca sendiri, bagaimana? Lalu kita diskusikan soalnya bersama. Semoga cara itu berhasil.”

”Hmm, baiklah,”

Aku mulai membaca materi pelajaran kimia itu. Membingungkan sekali, banyak rumusnya juga. Dari dulu aku memang tidak menyukai mata pelajaran ini.

”Woohyun-ah, coba lihat ini,” ujarku sambil menunjuk pada buku kimia. Ia pindah duduk ke sebelahku agar lebih mudah melihatnya.

”Aku rasa itu harus dikalikan dulu dengan yang ini, baru dibagi dengan yang ini,” jelasnya.

”Hmmm aku paham, hampir sama dengan materi yang sebelumnya ya,”

Tak lama aku merasakan kalau dia sedang memandangku. Aku mengangkat wajah, otomatis mata kami bertemu. Entah ada perasaan aneh yang menjalar dalam dadaku ketika melihatnya.

Woohyun mendekatkan wajahnya kepada wajahku, menempelkan bibirnya di bibirku. Entah apa yang sedang merasuki diriku, aku tak menolaknya, atau mungkin malah-menikmatinya. Woohyun memegang daguku dengan tangannya, menarikku agar semakin dekat dengannya. Ia juga memelukku dengan satu tangan. Aku dapat merasakan napasnya yang tak teratur, sama seperti napasku. Ia berusaha membuka mulutku dengan lidahnya, menjelajahi semua isi mulutku. Lima menit kami seperti itu, tangannya mulai menyelinap kedalam kemeja sekolahku. Aku sangat terkejut dan melepaskan ciuman itu.

”Ah.. mi…mian..” ia terlihat  sangat gugup.

”Wo..woohyun-ah, kenapa kita melakukannya.. I..itu ciuman pertama kita kan? Bukankah seharusnya melakukan itu dengan seorang yang kita cintai?”
”Ah.. mian… tentu orang yang kau cintai bukan aku ya. Jeongmal mianhae Jiyeol-ah,”

Aku merasa sangat aneh. Tak tahu apa yang harus dikatakan.

”Woohyun-sshi, a..aku pulang dulu ya, kita kerjakan besok pagi saja di sekolah. Annyeong,” aku melangkah pergi meninggalkan rumahnya, dan pulang ke rumahku yang hanya berselisih satu rumah dengan rumahnya. Aku sangat heran mengapa jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya ketika berciuman dengannya.

Setelah mandi dan berganti baju, aku duduk di meja belajar dan meraih ponselku. Aku akan mencoba mengirip pesan teks untuk yang pertama kalinya pada Kim Kibum.

To: Kim Kibum ❤

Annyeong Kibum-sshi. Ini aku, Jang Jiyeol, tadi siang baru saja kita bertemu^^

Tak lama kemudian aku mendapat balasan.

From: Kim Kibum ❤

Oh, hai Jiyeol-sshi. Kau rindu dengan Princess Kibum ya? >w<

Aish dia ini kkk~

To: Kim Kibum ❤

Iya, kau cantik sih XD Sampai berjumpa besok~

 

Ponselku bergetar lagi. Kukira awalnya balasan dari kibum, ternyata dari Woohyun.

From: Woohyun

Jiyeol-ah, maafkan aku. Kau tidak marah kan?

 

Aku langsung mengetik balasan

To: Woohyun

Aniyo. Sampai bertemu besok^^

 

Aku mulai mengantuk dan beranjak tidur. Semoga besok aku bertemu Kibum lagi.

***

Keesokan paginya, Woohyun sudah menunggu di depan rumah untuk berangkat bersama. Sekarang pukul 06.45, wuah aku kesiangan. Kugigit roti bakar sarapanku dan segera keluar.

”Aish kita akan terlambat Woohyun-ah! Mianhaeyo,”

”Tidak akan, aku bawa sepeda, ppali!”

Aku duduk di boncengannya, lalu kami mulai pergi.

Dan akhirnya… kami selamat  >_<  Pas sekali sampainya. Aku menaruh tas di meja, menatap teman sebangku-ku yang tak lain adalah Woohyun.

”Woohyun-ah, PR kita… bagaimana? Kimia kan pelajaran pertama!”
”Sial, aku hampir  lupa! Aish Kahi seonsaengnim sudah masuk kelas tuh!”

Kumpulkan pekerjaan rumah kalian. Jujur, siapa yang belum mengerjakan!”

Dari seisi kelas, hanya kami berdua yang mengangkat tangan Kahi seonsaengnim pasti sudah menyiapkan hukuman untuk kami. Sial sekali nasibku!
Kami disuruh maju ke depan kelas.

”Kalian sudah tahu kan kalau saya mengajarkan kalian untuk disiplin? Kalau kalian melanggar, tentu harus mendapat sanksi. Saya minta kalian berdua membersihkan toilet pria di belakang!”

”Ta..tapi …” seruku kaget. Mana bisa aku membersihkan toilet pria! Itu sangat memalukan!

”Sayang sekali, kau harus menerima apapun hukuman yang kuberikan padamu. Kita punya kesepakatan di awal bukan?”
”Ne..” ucapku pasrah.

”Aigoo Woohyun-ah, bagaimana ini, aku tidak berani masuk toilet pria,”

”Sudahlah, tidak apa apa, toilet belakang biasanya sepi ketika jam pelajaran, jadi tenanglah oke~ Lagipula ada aku bersamamu,”

Akhirnya kami mulai membersihkan semuanya, dari ujung ke ujung. Toilet pria memang jauh lebih kotor dan bau dari toilet wanita.

Saat sedang konsentrasi membersihkan lantai, hal buruk yang samasekali tak terduga muncul.

Kibum masuk ke dalam! Omo! Apa yang harus kulakukan. Ia melihatku berada di dalam toilet. Ini hal paling memalukan di dalam hidupku!

”Ji…jiyeol-sshi?”ia sangat terkejut melihatku.

”Ah… ne.. kibum-sshi, senang berjumpa lagi denganmu,” jawabku gugup.

”Sedang  apa disini?”

”Hukuman dari Kahi seonsaengnim, karena tidak mengerjakan PR. Habis aku tidak mengerti T.T”

”Aish bagaimana bisa.. Lain kali kalau tidak mengerti, telponlah aku, aku akan mengajarimu,”

”Jinja? Jeongmal kamsahamnida XD Aku pasti akan menelponmu!”

”Kemarikan sikatnya, aku akan membantumu,”ujar Kibum.

”Tidak perlu, kami sudah selesai, ayo Jiyeol-ah!” potong Woohyun sebelum aku sempat menjawab.

***

Saat istrirahat, aku dan Woohyun mengunjungi perpustakaan untuk mencari beberapa referensi untuk laporan ilmiah kami.

Woohyun sedang duduk dan aku mencari-cari buku di salahsatu rak. Tapi tiba-tiba aku mendengar suara Kibum dari balik rak. Dengan penuh rasa penasaran aku mengintip sedikit. Memang benar, itu Kibum. Ia sedang berhadapan dengan gadis yang sangat cantik, aku sering melihatnya.

”Chaeri-ah, bisakan kita memulainya lagi dari awal? Aku tak bisa melupakanmu,” ujarnya.

”Kibum-ah, a..aku…”

Aku benar benar tak sanggup mendengarnya lebih jauh lagi. Air mataku sudah jatuh, dadaku sakit sekali. Kibum adalah orang yang sudah 4 tahun aku sukai, sejak kelas 1 SMP dulu. Aku memang bukan siapa-siapa-nya, dan tak pantas cemburu bila ia mencintai waniita lain, tapi, aku tak dapat menahannya.

Woohyun tiba-tiba datang menghampiriku, ia terkejut sekali. Ia mengusap air mata di pipiku.

“Apa yang terjadi Jiyeol-ah, mengapa kau menangis?” tanyanya.

Woohyun melihat ke balik rak, menemukan Kibum dan mantan pacarnya disana. Sepertinya dia cukup menegerti dengan keadaannya.

“Hiks…. Hiks,” aku tak mampu menjawab pertanyaannya. Mulutku mati rasa.

Woohyun menarik badanku, lalu memeluknya. Ia menepuk-nepuk pundakku, seperti yang biasa ia lakukan ketika aku sedang bersedih. Aku menjadi sedikit tenang. ”Tenanglah dulu, kau tidak sendirian Jiyeol-ah,” ujarnya dengan suara rendah.

Lima belas menit aku menangis, akhirnya air mata ini habis. Woohyun mengajakku kembali ke kelas, karena bel sudah berbunyi. Rasanya aku samasekali tidak semangat mengikuti pelajaran. Pikiranku beterbangan entah kemana. Hati ini masih terasa sakit, jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan ketika dia menolakku.

Sepulang sekolah, Woohyun mengajakku pergi ke suatu tempat, tempat yang biasa kami kunjungi, kebun bunga dekat SD kami dulu.

”Sudah lama sekali kita tidak kesini, benar kan?”
”Ya, sejak 6 tahun yang lalu. Aku bahkan hampir lupa kita sering kesini dulu,”

”Kau lupa?” terlihat segurat ekspresi kecewa di wajahnya. Aku jadi merasa bersalah.

”Ah.. itu karena sudah bertahun-tahun,”

”Kau juga melupakan apa yang pernah kita sepakati dulu?”

”Apa itu?”

”Aish, sudahlah lupakan,” Woohyun memandang wajahku,”aku tak suka melihat ekspresi seperti itu dari wajahmu. Menangislah, luapkan semua perasaanmu hari ini. Tak akan ada yang mendengarmu,”

”Hiks… Woohyun-ah, gomawo.. hiks,”

Dan, sore itu aku menangis sekeras-kerasnya sampai mataku bengkak.

***

Keesokan harinya, Kibum tiba-tiba menghampiri kelasku. Dia mengajakku makan siang bersama. Karena tidak mungkin meninggalkan Woohyun di kelas, ia ikut juga.

Aku dan Kibum berbicara banyak hal, mulai dari musik, berita, sampai lelucon-lelucon aneh yang ia buat sendiri. Kurasa perbincangan kami sangat menyenangkan.

Kibum mengatakan padaku bahwa ia akan mengirimiku sms nanti malam. Mendengarnya aku sangat senang~

Dalam perjalanan pulang, Woohyun mengatakan sesuatu yang sedikit membuatku kesal, ”Jiyeol-ah, sebaiknya kau jangan terlalu dekat dengannya. Aneh sekali bukan, kemarin dia ditolak wanita lain, dan sekarang beralih padamu?”

”Aish, kenapa kau bicara seperti itu? Tak senangkah kamu melihatku merasa bahagia?”

”Bu..bukan begitu, tapi.. kurasa dia tak seperti yang kau pikirkan,”

”Tau apa sih kau tentang dia? Sudahlah sebaikna kita berpindah topik, oke?”

Ia tidak menjawab, dan memalingkan wajahnya. Aneh sekali.

***

Sejak hari itu, aku semakin dekat dan sering bertemu dengan Kibum. Ini bagaikan mimpi saja~

Setiap habis bertemu Kibum, aku pasti bercerita pada Woohyun, tapi dia nampaknya tak pernah mendengarkan dan berusaha mengganti topik pembicaraan. Tak biasanya ia tak mau mendengerkan ceritaku.

Sampai suatu ketika, aku mendengar pembicaraan Woohyun dan Kibum di taman belakang sekolah.

”Kibum-sshi, kuharap kau tak mendekati Jiyeol lagi. Dia sudah tak menyukaimu,”

”Mworago? Apa yang kau katakan? Jelas-jelas dia masih suka padaku. Kau…. Cemburu ya?”

“A…ani! A..aku hanya tak mau dia kau buat pelarian. Sudah cukup penderitaan yang ia alami, aku tak mau hatinya dipermainkan oleh orang seperti…….” Kata-katanya terhenti ketika melihatku sedang menatapnya. Menatapnya dengan tatapan marah. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu pada Kibum?!

”Woo..woohyun-ah.. .apa yang kau katakan?! Tega sekali! Kukira kau sahabatku,” jawabku sambil masih menatapnya.

”De..dengarkan dulu Jiyeol-ah, a..aku..”

Aku memalingkan muka dan berjalan pulang. Air mataku tak dapat kubendung, semuanya berjatuhan. Tak peduli semua orang melihat ke arahku, aku tetap berjalan dan berjalan. Aku tak menyangka, seorang sahabat terbaikku, berusaha menjauhkanku dari mimpi yang sudah lama kubayangkan. Tega sekali. Aku ingin membencinya, tapi nampaknya tak sanggup.

Dan.. hari itu aku tak menjawab teleponnya dan SMSnya. Ia mengetuk pintu rumah, namun kukatakan pada ibu agar tidak membukanya. Aku..benar-benar tak mampu melihat wajahnya.

Besoknya, kami tidak berangkat bersama, aku pergi lebih pagi sebelum ia menjemputku. Di sekolah, dia terus terusan berusaha mengajakku bicara, namun aku tak menjawabnya.

”Jiyeol-ah, tolonglah, tatap mataku, aku benar-benar minta maaf,” ujarnya ketika pelajaran Matematika. Aku tak menggubrisnya dan memperhatikan ke papan tulis. Egois memang, tapi aku masih belum bisa memaafkannya. ”Ayolah, maafkan aku ya? Jangan bertingkah seperti ini dong,” Akhirnya dia menyerah dan diam.

Sepulang sekolah, aku bertemu Kibum di jalan. Dia menawarkanku untuk diantar pulang.

Pukul delapan malam, ibu Woohyun mengetuk pintu, ia menanyakan apakah aku pulang bersamanya.

”Tidak tante, tadi aku ada keperluan lain jadi kami pulang sendiri-sendiri,” jawabku bohong.

”Kenapa dia belum sampai rumah ya?”

”Sudah mencoba meneleponnya?”

”Sudah, tapi ternyata dia tidak membawa ponsel. Dia memang berlaku aneh sejak kemarin sore. Ia tidak mau makan, sibuk memandang ponsel dan berusaha menelepon seseorang.

Mu..mungkinkah aku? Astaga, pergi kemana dia? Perasaanku semakin kacau, aku merasa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya. Aku menggenggam erat kalung bintang yang kami beli bersama dulu.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Dari nomor Woohyun!

Aku mengangkat telepon dengan penuh rasa tegang.

”Yo…”

”Kau pergi kemana saja!! Membuatku cemas saja! Cepat pulang, atau aku tidak akan pernah memaafkanmu!” seruku pada orang di seberang sana.

”Maaf agashi, aku bukanlah orang yang kau maksud. Apa benar kau teman seorang lelaki bernama Woohyun?                                              Nomor telponmu ada di panggilan terakhirnya,”terdengar suara seorang bapak.
”I..iya, a..ada apa ahjusshi?”
”Aku mau memberi kabar, bahwa temanmu tadi mengalami kecelakaan mobil. Ia tertabrak orang yang tidak bertanggung jawab,”

Jantungku bagai diserang ratusan peluru panas. Rasa kaget, takut, sedih, bercampur khawatir seakan bersatu meremukkan hatiku.

”MWORAGO?! Di..dimana dia sekarang?”

”RS Seoul, kamar no 391,”

***

Aku terpaku menatap tubuh sahabat terbaikku, tergolek lemah diatas tempat tidur. Kepalanya dibalut perban, napasnya berlihat lemah, matanya terpejam. Gurat wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang mengalami duka yang mendalam.

Ibu Woohyun terlihat khawatir dan terus memegang tangannya. Ayahnya daritadi hanya bisa memandang putranya dengan wajah cemas. Hyunbin oppa bersama Hyekyo eonni, duduk di ujung kamar sambil terus berdoa. Aku sendiri, berdiri disamping tempat tidurnya dengan air mata yang terus mengalir tak henti-hentinya. Ya Tuhan, aku mohon jangan ambil lagi orang yang sangat berharga dalam hidupku. Aku mohon.

Dokter bilang luka yang Woohyun dapat cukup serius, untung saja ahjusshi tadi cepat mengantarkannya ke rumah sakit, jadi masih bisa sedikit tertolong.

Satu jam berlalu, Hyunbin oppa dan kekasihnya akan pulang dulu dan kembali besok. Ayah dan ibu Woohyun pergi keluar sebentar untuk makan, mereka awalnya mengajakku tapi aku tak mau. Aku tak bisa meninggalkan Woohyun satu menit pun. Aku terlalu khawatir.

Kugenggam pelan tangannya dengan kedua tangan. Terus menatap wajah tampannya. Tiba-tiba dia bergumam pelan dalam tidurnya, ”Ji..jiyeol-ah, maafkan aku,”

Hatiku sangat perih mendengarnya. Apakah perlakuanku satu hari ini begitu menyiksanya? Maafkan aku Woohyun-ah. Maafkan aku.

Tak lama matanya perlahan terbuka. Ia melihatku, lalu berusaha bangkit, namun gagal.

”Woohyun-ah, jangan, kau sedang terluka,”

”Jiyeol-ah, maafkan aku. Aku aku tak tahan melihatmu marah padaku,”

”Ne, aku sudah memaafkanmu. Aku tidak akan marah lagi, karena itu, cepatlah sembuh agar kita bisa pergi bersama ke sekolah lagi,” ujarku sambil meneteskan air mata dan tersenyum. Aku mempererat genggaman tanganku di tangannya.

”Jangan menangis, hatiku selalu sakit ketika melihatmu menangis,”ia mengusap air mataku dengan tangan.
”Ah, ma..maaf,”

”Aku tak tahan lagi. Kepalaku sakit. Mungkin ini hari terakhirku di dunia ini,”

”Jangan bilang begitu!! Kau tidak boleh begitu!” aku berteriak padanya. Air mataku semakin deras mengalir.

”Aku benar benar tidak kuat. Semoga kita bisa menjadi sahabat lagi di surga nanti ya,”
”Andwae!! Woohyun-ah, hentikan berkata seperti itu!!”

”Ada satu hal yang ingin kukatakan padamu. Kau tahu kenapa aku bicara seperti itu pada Kibum?” Aku tak dapat menjawabnya, hanya bisa menangis, ”karena aku cemburu. Aku mencintaimu Jiyeol-ah, lebih dari sahabat, lebih dari apapun,” suaranya semakin samar, namun aku dapat mendengarnya dengan jelas. Dia mencintaiku? Kenapa baru mengatakannya sekarang?!

”Aku juga mencintaimu Woohyun-ah, karena itu jangan pergi. Aku mohon!”

”Tidak bisa, aku tak kuat. Jiyeol-ah, menikahlah dengan Kibum nanti, aku ingin melihatmu bahagia dari atas sana. Oiya, berikan kalung ini padanya,”dia melepaskan kalung bintang couple kami, lalu menaruhnya di telapak tanganku.

”Hentikan!! Aku akan membencimu bila kau terus berkata seperti itu!”

Refleks aku mencium bibirnya. Entah sedang apa yang sedang kupikirkan. Kulepas ciuman itu, dan kupandang wajahnya. Wajah itu, yang paling kucintai. Aku baru menyadarinya sekarang. Woohyun-lah selama ini yang aku cintai.

Kata terakhir yang kudengar dari bibirnya, ”Terima kasih Jiyeol-ah. Terima kasih untuk persahabatan yang begitu indah. Aku mencintaimu,” kemudian, matanya terpejam. Untuk selamanya.

***

3 tahun kemudian, hari pernikahanku dengan Kim Kibum, pria yang selama ini aku impikan. Aku mengenakan gaun putih yang sangat indah, riasan wajah yang cantik.

Kubuka lembaran buku coklat itu. Buku harian Nam Woohyun,sahabat terbaikku.

17 Februari 2011

Aku mencintai sahabatku, Jang Jiyeol. Sayangnya dia menyukai pria lain, yang jauh lebih baik dariku. Besok ia akan mengatakan perasaannya pada pria itu. Yah, sebagai sahabat aku hanya bisa mendukungnya, meskipun sebenarnya hatiku terasa sangat perih. Apapun akan kulakukan untuk yeoja itu.

21 Februari 2011

Aku sering membayangkan hari pernikahan aku dan Jiyeol. Dia memakai gaun putih yang cantik, dengan jepit rambut bunga. Aku menggandeng tangannya dan kami mengucapkan janji suci. Tak dapat terbayangkan bagaimana bahagianya aku saat itu. Tapi, itu tidak mungkin, Jiyeol tidak menyukaiku.

Air mataku menetes, membasahi buku itu. Aku masih belum bisa melupakannya, bahkan di hari pernikahanku ini.

”Aish, kenapa menangis! Make up-mu jadi luntur tuh!” seru Hyungjun oppa, kakak dari pengantin pria-ku.

”Ah, mian, aku cuma sedang berpikir, pasti akan sedih sekali ketika berpisah dengan orang tua,”

”Berpisah bagaimana, kalian kan sudah membeli rumah di sebelah rumah orang tuamu haha,”

”Benar juga aku lupa kkkk~”

”Yasudah, bersiaplah, acaranya hampir dimulai,” ujarnya sambil mengedipkan mata, lalu keluar.

Aku mengoleskan lipstick di bibir, menyimpan buku coklat itu kedalam tas, lalu bangkit dari duduk.

Ya! Woohyun-ah, aku sudah memenuhi harapanmu. Aku akan berbahagia mulai hari ini. Kuharap kau bisa melihatku dari atas sana. Tapi, asal kau tahu, kau tetap pria nomor satu yang ada di dalam hatiku. Sahabatku, Nam Woohyun.

–FIN– 

Leave a comment